Aku Putri, cerita ini terjadi ketika Aku baru masuk SMU. Aku tinggal bersama dengan ke 2 ortu dan adikku di sebuah apartment. Ortu membeli 2 apartmen yang letaknya saling berhadapan di lantai yang sama. Aku dan adikku tinggal di satu apartment dan ortu di apartmen satunya lagi.
Om sering berkunjung ke apartmen baik untuk urusan pekerjaan maupun hanya bersilaturahmi. Maklum om dah pisah dari tante, yang telah menikah lagi dengan orang lain, sedang om masih sendiri sejak perpisahannya dengan tante. Om ku ganteng, walaupun umurnyaa sedikit diatas ayahku tapi malah kelihatan lebih muda dari ayahku.
Badannya tegap atletis, mungkin karena dia masih rajin melakukan fitness seminggu sekali, jogging ampir tiap hari dan juga renang seminggu sekali.
Diam-diam aku mengagumi om, kelihatannya macho sekali deh. ketika ortu dan adikku harus keluar kota untuk melihat adik mamaku yang sedang sakit. Aku tidak ikut karena hari ini om akan datang untuk mengambil pesanannya yang dititipkan lewat mama. Aku senang juga karena bisa berduaan aja ama om tanpa ada orang lain diapartment yang mengganggu.
“Hai cantik”, om selalu menyapa aku seperti itu. Seneng aku dipuji cantik oleh om.
“Kok seneng banget kelihatannya”.
“Iya om, seneng bisa berduaan ama om”, jawabku terus terang.
“Loh kok seneng, kan dah sering jalan ma om”.
“Om jalan yuk”, kataku.
“Mau kemana”, tanya om.
“Ke mall yuk”.
“Mau nyari apa?”
“Makan ama liatliat aja. di apartment gak ada makanan. tadi mama pesen supaya aku ngajak om nyari makan diluar aja”.
“Terus kamu takut sendirian, mau om temenin”. Wah itu yang aku harapkan bisa berduaan ama om sampe besok.
“Bentar ya om, aku tuker baju dulu”.
Segera aku menghilang kekamarku dan tukar pakean. Aku gak tau, rupanya om ngintip ketika aku tuker pakean. Tapi ya gak tejadi apa2. Kemudian segera aku keluar apartment. Dengan manjanya aku memeluk tangan om. Sampe malem aku bener2 have fun bersama om, kami cari makan, dan setelah makan om ngajak aku nonton film.
“Kamuu nakal banget sih, Lihat uth toket kamu nempel2 ditangan om. malah gede banget lagi”, kata om mengelus pipiku.
“iyahh, biarin aja sih. namanya juga pengen”.
“pengenn apa ?”, jawabku.
“Ntaran aja ntar tunggu udah sampe apart aja”. Kataku sambil mengigit manja tangan omku
“Ahh kamu ini nggak2 aja”.
“ayuk pulang”.
Kami menuju ke tempat parkir dan langsung kembali ke apartment. Sesampe di apartment aku segera tuker dengan pakean rumah lagi. aku kalo dirumah Memang gak memakai bra. Aku hanya memakai tanktop ketat sepinggang dan celana pendek yang juga ketat. kedua pentilku tampak jelas sekali tercetak di tanktopku. Si om terpana melihat lekak liku bodiku yang Memang mengundang selera lelaki yang melihatnya.
“Kamu beneran mo om temenin”.
“Kalo om gak keberatan”.
“Yasudah, tapi om mau mandi dulu yah…”.
“okeedeh om, Akutungguin yah..”.
Aku naik keranjang tidurku sambil nonton tv, lalu om pergi kekamar mandi. sekitaran 20menitan kulihat om sudah selesai mandi lalu pakaian
Si om masuk ke kamarku, ketika masuk kamar hanya memakai celana pendek besar dan kaos. Kelihatannya dia tidak mengenakan CD karena penisnya kelihatan jelas tercetak di celananya, kayanya dah ngaceng deh. Mungkin dia napsu ngeliat bodiku. Om duduk di sofa nonton tv. Aku duduk disebelahnya.
“Din kamu seksi sekali. toket kamu besar juga ya, pasti sering diremesin makanya gede”.
“Ihh om nakal banget”.
“Abisnya kamu seksi banget, Pasti yang jadi pacar kamu puas banget remesin toket kamu terus”. kata om
“iyah sekali2 kalau Putri lagi sange berat om”. Om cuma tersenyum,
“Ohh, Sekarang mau nggak kalau om remesin? Kelihatannya kamu lagi sange nih”.
“Yaah, om mah gatel. Toket kecil gini mau diremes juga”.
“Iyah dong, Keponakan om sendiri masa ngga boleh sih”
“he he”, aku hanya tertawa. “Kamu sering yah ngesex?”.
“Gak sering om, cuma ampir tiap malem minggu”.
“Liar kali kamu put, buat om geregetan”, kata om sambil merangkul pundakku.
Aku merinding ketika om menarikku merapat kebadannya. Dia mencium pipiku.
Si om rupanya sudah dibawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatapku dengan nafsu yang membara. Segera dia mencium bibirku, aku menyambutnya.
Lidah kami saling melilit dan kemudian dijulurkan lidahnya kedalam mulutku. Segera kuemut lidahnya, kemudian ganti aku yang menjulurkan lidahku ke mulutnya.
“Putri? Om boleh kan ngeremes toket kamu? Kaayaknya enak banget nih”. Pentilku yang dah mulai mengeras dipilin2 dari luar tanktopku.
“untuk tubuh kecil gini, toket kamu gede banget put, kenceng lagi, om kasih kenikmatan kamu mau kan?”, katanya perlahan sambil mencium toket ku yang montok. “.
Aku diam saja, mataku terpejam. Dia mengendus-endus kedua toketku yang harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. pentil toket kananku dilahap ke dalam mulutnya. Badanku sedikit tersentak ketika pentil itu digencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya.
“Om…Aaah”, rintihku, tindakannya membangkitkan napsuku juga.
Nafsu ini sangat membara aku jadi pengen dientot cepat, Disedot-sedotnya pentil toketku secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya. Diperbesar daerah lahapan bibirnya. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutnya. Kembali disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajahku tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toketku yang kencang itu diciumi dan disedot-sedot secara berirama.
Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun beralih ke perut dan pinggangku. Bibir dan lidahnya menyusuri perut sekeliling pusarku yang putih mulus. Wajahnya bergerak lebih ke bawah.
Dengan nafsu yang menggelora dia memeluk pinggulku secara perlahan-lahan. Celana pendekku ditariknya kebawah, aku mengangkat pantatku supaya lebih mudah dia melepaskan celanaku. Kecupannya pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulku. Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku yang keluar dari CDku.
“Din, jembut kamu lebat banget ya, pantes kamu napsunya besar”. Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di bagian belahan bibir memekku. Aku makin terengah menahan napsuku, sesekali aku melenguh menahan kenikmatan yang kurasakan.
Disingkapkan semua pakaianku tanpa sisa. Aku terkejut melihat penisnya yang begitu besar dan panjang dalam keadaan sangat tegang. Napsuku bangkit juga melihat penisnya, timbul hasratku untuk merasakan bagaimana nikmatnya kalo penis besar itu menggesek keluar masuk memeku. Dia bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut dikangkanginya tubuhku. Kepala penis digesek-gesekkan di toketku yang montok itu.
“Ah… hhh… hhh… ah…” penisnya pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toketku
“Haaahh…aaahh….Ennnakk bangett,” dia tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafasku menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirku , yang kadang diseling desahan lewat hidungku,
“Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya makin memuncak.
Gesekan-gesekan maju-mundurnya penisnya di jepitan toketku semakin cepat. penisnya semakin tegang dan keras.
“Enak sekali, sayang”, erangnya tak tertahankan.
Dicopotnya CD minimku. Pinggulku yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perutku yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutku, jembutku yang hitam lebat menutupi daerah sekitar nonokku.
Kedua paha mulusku direnggangkannya lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perutku terkuak. Dia pun mengambil posisi agar penisnya dapat mencapai memekku dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang penis, kepalanya digesek-gesekkannya ke jembutku. Kepala penisnya bergerak menyusuri jembut menuju memekku. Digesek-gesekkan kepala penis ke sekeliling bibir memekku. Terasa geli dan nikmat. Kepala penis digesekkan agak ke arah nonokku. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut memekku menjadi basah. Digetarkan perlahan-lahan penisnya sambil terus memasuki memekku.
Kini seluruh kepala penisnya yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut memekku. Sementara dinding mulut memekku terasa semakin basah. Perlahan-lahan penisnya ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh penis yang tersisa di luar. Secara perlahan dimasukkan penisnya ke dalam memekku. Terbenam sudah seluruh penisnya di dalam memekku. Sekujur penis sekarang dijepit. Secara perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk penisnya ke dalam nonokku. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam memekku hanya kepalanya saja. Sewaktu masuk seluruh penis terbenam di dalam nonokku sampai batas pangkalnya.
Dia terus memasuk-keluarkan penisnya ke lobang memekku. Alis mataku terangkat naik setiap kali penisnya menusuk masuk memekku secara perlahan. Bibir segarku yang sensual sedikit terbuka, sedang gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis kenikmatan,
“Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Dia terus mengocok perlahan-lahan memekku. 10 menitan sudah hal itu berlangsung. Kembali dikocoknya secara perlahan nonokku sampai selama dua menit.
Kembali ditariknya penisnya. Namun tidak seluruhnya, kepala penis masih dibiarkannya tertanam dalam memekku .
“Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…” Tiga menit kemudian dimasukkannya lagi seluruh penisnya ke dalam nonokku. Dan dikocoknya perlahan. Sampai kira-kira empat menit.
Lama-lama dia mempercepat gerakan keluar-masuk penisnya pada nonokku. Sambil tertahan-tahan, dia mendesis-desis,
“Put?? memekmu enak banget, om sampe kelojotan” Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit.
Penis dikocoknya maju-mundur di dalam jepitan toketku. Cairan nonokku yang membasahi penisnya kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan penisnya dan kulit toketku.
“Oh…hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, dia merintih-rintih keenakan. Aku juga mendesis-desis keenakan,
“Sssh.. sssh… sssh…” Gigiku tertutup rapat. Alis mataku bergerak ke atas ke bawah.
Dia mempercepat maju-mundurnya penisnya. Dia memperkuat tekanan pada toketku agar penisnya terjepit lebih kuat. Karena basah oleh cairan nonokku, kepala penisnya tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toketku. Leher penis yang berwarna coklat tua dan helm penis yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketku. Semakin dipercepat kocokan penisnya pada toketku. Tiga menit sudah kocokan hebat penisnya di toket montok ku berlangsung. Dia makin cepat mengocokkan penis di kempitan toket indah ku. Akhirnya dia tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahanannya.
“tubuhmu enak banget put” dia bergumam.
“Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kataku lirih.
“Gak apa kalo om ngecret didalem Put”, jawabnya.
“Gak apa om, biasanya cowokku juga ngecret didalem kok om. Tapi belum dientot juga aku ngerasa nikmat sekali om”, kataku lagi.
“Ini baru ronde pertama Put, mau lagi kan ronde kedua”, katanya.
“Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabku.
“Engh…” aku menggeliatkan badanku.
Dia kembali mendekap erat tubuhku sambil melumat kembali bibirku. Dia terus mendekap tubuhku sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketku yang montok menekan ke dadanya. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilku seolah-olah menggelitiki dadanya. penisnya terasa hangat dan mengeras. Tangan kirinya pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutnya. penisnya tergencet diantara perut bawahku dan perut bawahnya. Sementara bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi, dihisap-hisap dengan hidungnya, dan dijilati dengan lidahnya.
“Ah… geli… geli…,” desahku sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai daguku terbuka dengan luasnya. Aku pun membusungkan dadaku dan melenturkan pinggangku ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahnya dalam keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya.
Tangan kanannya lalu bergerak ke dadaku yang montok, dan meremas-remas toketku dengan perasaan gemas. Dia berdiri dengan agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Kini dia menyedot-sedot pentil toket kiriku. Di ainkan pentilku di dalam mulutnya dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat.
“Ah… ah… om…geli…,” aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya.
Sementara tangannya meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan diperkuat dn diperkecil menuju puncak, dan diakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada pentilku.
“Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu…ngilu…” Dia semakin gemas.
Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang disedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya pentilku dan dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan dipelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya.
“Ah…om… terus… hzzz…ngilu… ngilu…” aku mendesis-desis keenakan. Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya. Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan kananku yang mulus dan lembut menangkap penisnya yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. penisnya besar ya”, ucapku. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas perlahan penisnya secara berirama.
“Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” aku merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tangannya di toketku. Akibatnya pinggulku menggial ke kanan-kiri.
“Putri.. enak sekali Din… sssh… luar biasa… enak sekali…,” diapun mendesis-desis keenakan.
“Om keenakan ya? penis om terasa besar dan keras sekali menekan perut aku. Wow… penis om terasa hangat di kulit perut aku. Tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintihku.
“Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” aku semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratnya.
Aku sudah makin liar saja desahannya, aku sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa dia ini om suamiku.
“Om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali..Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… penis om … besar sekali… kuat sekali…”
“Sssh… sssh…enak… enak… geli..geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat.
Sementara tenaga dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan…satu… dua… tiga! penisnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam nonokku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara penisnya bagaikan diplirid oleh bibir nonokku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
“Auwww!” pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan penisnya tertanam seluruhnya di dalam memekkutanpa bergerak sedikit pun.
“Sakit om… ” kataku sambil meremas punggungnya dengan keras.
Dia pun mulai menggerakkan penisnya keluar-masuk nonokku. Seluruh bagian penisnya yang masuk nonokku dipijit-pijit dinding lobang nonokku dengan agak kuatnya.
“Bagaimana sayang, sakit?” tanyaku.
“Sekarang sudah enggak om…ssh… enak sekali… enak sekali… penis om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru nonok aku..,” jawabku. Dia terus memompa nonokku dengan penisnya perlahan-lahan.
ngan berirama oleh otot-otot nonokku sejalan dengan genjotannya tersebut. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala penisnya menyentuh suatu daging hangat di dalam nonokku. Sentuhan tersebut serasa geli-geli nikmat. Dia mengangkat kedua kakiku. Sambil menjaga agar penisnya tidak tercabut dari nonokku, dia mengambil posisi agak jongkok.
sambil mempertahankan gerakan penisnya maju-mundur perlahan di memekku. sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku. Masih dengan kocokan penis perlahan di memekku, tangannya meremas-remas toket montok ku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama.
Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir secara perlahan. Pentilku semakin mengeras, dan bukit toketku semakin terasa kenyal di telapak tangannya. Aku pun merintih-rintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
“Ah…om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar penisnya di memekkku. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat…Terus om, terus… ”
Tenaganya menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan kecepatan keluar-masuk penisnya di memekku. Terus dan terus. Seluruh bagian penispenisnya diremas-remas dengan cepatnya oleh memekku. Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya, dia pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.
“Sssh… sssh… Sayanggenak sekali… enak sekali mememkmu enak sekali nonokmu…”
“Ya om, aku juga enak sekali… terusss…terus om, terusss…” Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk penisnya pada memekku.
“Om… sssh… sssh… Terus… terus… aku hampir nyampe…sedikit lagi… sama-sama ya om…,” aku jadi mengoceh tanpa kendali. Sementara itu memekku. berdenyut dengan hebatnya.
“Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba penisnya dijepit oleh dinding nonok ku dengan sangat kuatnya.
Di dalam memekku, penisnya disemprot oleh cairan yang keluar dari memmekku, dengan cukup derasnya. Dan aku meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa kendali:
“…keluarrr…!” Mataku membeliak-beliak. Sekejap tubuh kurasakan mengejang. Dia pun menghentikan genjotannya.
Dia menghabiskan sisa-sisa peju dalam penisnya. Cret! Cret! Cret! penisnya menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam memekku. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuhku maupun tubuhnya tidak mengejang lagi. Dia menciumi leher mulusku dengan lembutnya, sementara aku mengusap-usap punggungnya dan mengelus-elus rambutnya. Aku merasa puas sekali dientot om.